Sabtu, 04 April 2015

Sukses Menulis


Ini bukan pembahasan mengenai konsep industri Cina, lho. Ini konsep sukses menulis cerita pendek yang sering disebut cerpen. Ya, sebenarnya menulis cerpen memang tidak mutlak harus menguasai teori tentang penulisan cerpen. Maksudnya, tidak ada keharusan menghapal teori penulisan cerpen sebelum menulis cerpen. Ingat, Kawan, teori itu lahir setelah cerpen lahir lebih dahulu. Teori tentang cerpen lahir setelah ada sekian banyak naskah cerpen yang dipublikasikan, dibaca, diteliti, dan disimpulkan ciri-cirinya. Lagipula cerpen --seperti juga karya sastra yang lain, terus mengalami perkembangan bentuk dan gaya sehingga sebuah teori seringkali jadi ketinggalan jaman. Bayangkan apa yang terjadi kalau seseorang harus berteori yang muluk-muluk lebih dahulu sebelum menulis cerpen. Ketinggalan kereta, deh.
Coba bertanya dalam hati: sebenarnya aku ingin menulis cerpen atau belajar teori menulis cerpen? Jika jawabannya: aku ingin menulis cerpen, ya langsunglah menulis. Tidak usah menunggu lagi. Tidak perlu banyak berteori. Yang Anda butuhkan hanyalah: 1) rasa percaya diri yang kuat bahwa Anda bisa menulis cerpen yang baik dan bagus seperti bila Anda bercerita secara lisan (tentang suatu peristiwa) kepada teman-teman sejawat, 2) kemauan yang kuat untuk menuangkan gagasan, pikiran, perasaan, atau keinginan-keinginan Anda ke dalam tulisan, dan 3) menguasai media komunikasi, yakni bahasa. Setidaknya satu bahasa, misalnya Bahasa Indonesia. Tahap pertama bangunlah ketiga hal tersebut, terutama rasa percaya diri yang biasanya menjadi hambatan terbesar bagi penulis pemula. Sebuah naskah cerpen tidak akan pernah rampung jka penulisnya sendiri selalu dihantui perasaan ragu dan takut. Bagaimana naskah akan rampung kalau baru mulai menulis sudah dihatui pertanyaan: salah atau benar, ya? Hal semacam ini tidak perlu karena yang tahu persis cerita yang hendak ditulis adalah penulisnya. Kalau orang ingin komentar, biarlah berkomentar setelah naskah cerpen selesai.