Sabtu, 04 April 2015
HARGA TULISAN
Jumlah uang yang akan kita terima dari penjualan tulisan sangat beragam tergantung beberapa faktor, antara lain: siapa dan bagaimana tulisan kita, media yang menerbitkan tulisan kita, dan sistem pembayaran yang dipilih.
Jumlah honor tulisan yang akan kita terima dipengaruhi oleh siapa kita, maksudnya apakah kita penulis pemula atau penulis berpengalaman dan memiliki nama besar. Kadang jumlah honor dan royalti yang diterima berbeda antara penulis pemula dengan penulis senior dan memiliki nama besar. Penulis yang telah berpengalaman dan memiliki nama besar biasanya menerima honor atau royalti yang lebih besar karena berbagai alas an, antara lain: penulis besar biasanya sudah memiliki penggemar dan ada sedikit garansi bahwa tulisannya bagus. Hal ini memang tidak selamanya. Ada juga penulis muda yang mendapat bayaran besar karena tulisannya best seller. Andrea Hirata (lihat Wang Xiang Jun, 2010:88) mungkin termasuk penulis muda yang langsung tenar dengan novel Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi. Penulis yang sudah punya nama besar seperti Habiburrahman El Shirazy, misalnya, bisa mengantongi uang milyaran rupiah untuk Ayat-Ayat Cinta saja. Sementara untuk buku-bukunya yang lain bisa mencapai seratus juta rupiah (Jun:2010). Hebat, kan?
Jumlah hornor yang akan kita terima juga dipengaruhi oleh media mana yang menerbitkan tulisan kita. Media massa yang sudah terkenal dan memiliki oplah besar biasanya sanggup memayar lebih mahal. Menurut Jun (2010:23) media massa nasional kelas satu seperti Kompas dan Jawa Post sanggup memberikan honor sekitar Rp700.000 sampai Rp1.000.000 hanya untuk sebuah naskah pendek. Media di daerah seperti Kedaulatan Rakyat membayar Rp150.000 sampai Rp200.000 untuk tulisan pendek seperti artikel, opini, dan cerpen. Media massa daerah di luar Jawa memang ada yang membayar honor lebih rendah, tetapi biasanya tidak kurang dari Rp40.000 untuk tulisan pendek.
Selain itu, jumlah honor yang kita terima juga dipengaruhi oleh sistem pembayaran yang kita sepakati. Ada penerbit yang membeli buku kita secara tunai, misalnya Rp20.000.000. Kalau buku laris manis bahkan mungkin best seller itu berarti keuntungan penerbit, kalau buku tidak laku itu juga kerugian penerbit. Penulis ternama biasanya memilih sistem ini, tetapi tentu saja tergantung kesepakatan kedua belah pihak. Yang paling umum dilakukan adalah sistem royalti yang jumlahnya sebesar 10% dari harga jual di pasaran dan royalti kita dipotong 15% untuk PPh. Pemberian royalti juga dilakukan secara berkala, misalnya tiap enam bulan atau tiap buku terjual habis. Umpamakan saja buku kita setebal 200 halaman dengan harga jual Rp45.000, maka royalti yang akan kita terima adalah sebesar 10% dari Rp45.000. Jika buku kita terjual sebanyak 150 eksemplar, berarti royalti untuk kita sebesar 10%xRp45.000x150=Rp675.000, dikurangi PPh 15% sehingga tinggal Rp573.750. Wah, kecil sekali ya? Iya, tapi kalau buku kita bisa terjual sampai ribuan eksemplar, misalnya 5000 eksemplar, hitung saja pendapatan kita.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar